Jumat, 28 Mei 2021

MATERI HIV AIDS KELAS XI IPA 3

 Materi           : HIV dan AIDS

Kelas             : XI IPA 3

KD                : 3.10  Menganalisis bahaya, cara penularan, dan cara mencegah HIV/AIDS

Assalamualaikum Wr. Wb 

Selamat pagi anak - soleh dan sholehah semua nya, semoga semua nya dalam keadaan baik - baik saja mau dari segi kesehatan jasmani dan rohani nya,sebelum nya bapak selaku guru mapel penjas mengucapkan "Minal aidzin wal faizin mohon maf lahir dan bathin" Atas kesalahan kata ataupun perbuatan yang pernah dilakukan sengaja ataupun tak sengaja. Semoga kita di berikan umur yang panjang untuk bisa dipertemukan dengan ramadhan tahun depan, dan semoga kita disegerakan dipertemukan disekolah aamiin.

bagaimana puasa nya apakah berjalan dengan sempurna? dan apakah sudah ada yang melaksanakan puasa syawal?

bagaimana shalat fardhu nya?semoga semakin istiqomah dan juga shalat dhuha nya juga tetap dijalankan aamiin

Pertemuan kali ini kalian mencatat yang sekira nya belum dapat ilmu nya untuk dicatat dan menambah wawasan kalian lebih luas lagi terkait materi yang bapak berikan hari ini tentang HIV AIDS

setelah selesai mencatat mohon bisa mendokumentasikan catatan nya dan kirim ke WA pribadi bapak, dan jangan lupa membuat list di group kelas bagi yang sudah mencatat pekerjaan nya hari ini sebagai bentuk presensi pada pelajaran bapak.

Pengertian HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

  • Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.

  • Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.

  • Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.

  • Pengguna narkotika suntik.

  • Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

 

Penyebab HIV dan AIDS

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

 Gejala HIV dan AIDS

Tahap Pertama:

  • Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.

  • Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.

  • Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

  • Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.

  • Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.

  • Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.

  • Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

  • Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.

  • demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.

  • Merasa lelah setiap saat.

  • Sulit bernapas.

  • Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.

  • Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.

  • Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.

  • Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.


Diagnosis HIV dan AIDS

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

  • Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

  • Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

  • Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

  • Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.

  • Tes resitensi (kekebalan) dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.

 

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

 

Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain:

  • Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal maupun anal.

  • Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.

  • Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.

  • Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.

  • Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

  • Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

Rabu, 26 Mei 2021

MATERI HIV AIDS KELAS XI IPA 1

 Materi           : HIV dan AIDS

Kelas             : XI IPA 1

KD                : 3.10  Menganalisis bahaya, cara penularan, dan cara mencegah HIV/AIDS

Assalamualaikum Wr. Wb 

Selamat pagi anak - soleh dan sholehah semua nya, semoga semua nya dalam keadaan baik - baik saja mau dari segi kesehatan jasmani dan rohani nya,sebelum nya bapak selaku guru mapel penjas mengucapkan "Minal aidzin wal faizin mohon maf lahir dan bathin" Atas kesalahan kata ataupun perbuatan yang pernah dilakukan sengaja ataupun tak sengaja. Semoga kita di berikan umur yang panjang untuk bisa dipertemukan dengan ramadhan tahun depan, dan semoga kita disegerakan dipertemukan disekolah aamiin.

bagaimana puasa nya apakah berjalan dengan sempurna? dan apakah sudah ada yang melaksanakan puasa syawal?

bagaimana shalat fardhu nya?semoga semakin istiqomah dan juga shalat dhuha nya juga tetap dijalankan aamiin

Pertemuan kali ini kalian mencatat yang sekira nya belum dapat ilmu nya untuk dicatat dan menambah wawasan kalian lebih luas lagi terkait materi yang bapak berikan hari ini tentang HIV AIDS

setelah selesai mencatat mohon bisa mendokumentasikan catatan nya dan kirim ke WA pribadi bapak, dan jangan lupa membuat list di group kelas bagi yang sudah mencatat pekerjaan nya hari ini sebagai bentuk presensi pada pelajaran bapak.

Pengertian HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

  • Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.

  • Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.

  • Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.

  • Pengguna narkotika suntik.

  • Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

 

Penyebab HIV dan AIDS

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

 Gejala HIV dan AIDS

Tahap Pertama:

  • Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.

  • Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.

  • Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

  • Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.

  • Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.

  • Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.

  • Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

  • Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.

  • demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.

  • Merasa lelah setiap saat.

  • Sulit bernapas.

  • Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.

  • Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.

  • Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.

  • Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.


Diagnosis HIV dan AIDS

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

  • Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

  • Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

  • Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

  • Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.

  • Tes resitensi (kekebalan) dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.

 

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

 

Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain:

  • Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal maupun anal.

  • Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.

  • Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.

  • Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.

  • Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

  • Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

materi HIV AIDS kelas XI IPA 4

 Materi           : HIV dan AIDS

Kelas             : XI IPA 4

KD                : 3.10  Menganalisis bahaya, cara penularan, dan cara mencegah HIV/AIDS

Assalamualaikum Wr. Wb 

Selamat pagi anak - soleh dan sholehah semua nya, semoga semua nya dalam keadaan baik - baik saja mau dari segi kesehatan jasmani dan rohani nya,sebelum nya bapak selaku guru mapel penjas mengucapkan "Minal aidzin wal faizin mohon maf lahir dan bathin" Atas kesalahan kata ataupun perbuatan yang pernah dilakukan sengaja ataupun tak sengaja. Semoga kita di berikan umur yang panjang untuk bisa dipertemukan dengan ramadhan tahun depan, dan semoga kita disegerakan dipertemukan disekolah aamiin.

bagaimana puasa nya apakah berjalan dengan sempurna? dan apakah sudah ada yang melaksanakan puasa syawal?

bagaimana shalat fardhu nya?semoga semakin istiqomah dan juga shalat dhuha nya juga tetap dijalankan aamiin

Pertemuan kali ini kalian mencatat yang sekira nya belum dapat ilmu nya untuk dicatat dan menambah wawasan kalian lebih luas lagi terkait materi yang bapak berikan hari ini tentang HIV AIDS

setelah selesai mencatat mohon bisa mendokumentasikan catatan nya dan kirim ke WA pribadi bapak, dan jangan lupa membuat list di group kelas bagi yang sudah mencatat pekerjaan nya hari ini sebagai bentuk presensi pada pelajaran bapak.

Pengertian HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

  • Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.

  • Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.

  • Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.

  • Pengguna narkotika suntik.

  • Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

 

Penyebab HIV dan AIDS

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

 Gejala HIV dan AIDS

Tahap Pertama:

  • Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.

  • Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.

  • Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

  • Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.

  • Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.

  • Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.

  • Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

  • Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.

  • demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.

  • Merasa lelah setiap saat.

  • Sulit bernapas.

  • Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.

  • Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.

  • Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.

  • Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.


Diagnosis HIV dan AIDS

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

  • Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

  • Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

  • Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

  • Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.

  • Tes resitensi (kekebalan) dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.

 

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

 

Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain:

  • Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal maupun anal.

  • Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.

  • Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.

  • Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.

  • Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

  • Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

Senin, 24 Mei 2021

Materi HIV AIDS kelas XI IPA 2

Materi           : HIV dan AIDS

Kelas             : XI IPA 2

KD                : 3.10  Menganalisis bahaya, cara penularan, dan cara mencegah HIV/AIDS

Assalamualaikum Wr. Wb 

Selamat pagi anak - soleh dan sholehah semua nya, semoga semua nya dalam keadaan baik - baik saja mau dari segi kesehatan jasmani dan rohani nya,sebelum nya bapak selaku guru mapel penjas mengucapkan "Minal aidzin wal faizin mohon maf lahir dan bathin" Atas kesalahan kata ataupun perbuatan yang pernah dilakukan sengaja ataupun tak sengaja. Semoga kita di berikan umur yang panjang untuk bisa dipertemukan dengan ramadhan tahun depan, dan semoga kita disegerakan dipertemukan disekolah aamiin.

bagaimana puasa nya apakah berjalan dengan sempurna? dan apakah sudah ada yang melaksanakan puasa syawal?

bagaimana shalat fardhu nya?semoga semakin istiqomah dan juga shalat dhuha nya juga tetap dijalankan aamiin

Pertemuan kali ini kalian mencatat yang sekira nya belum dapat ilmu nya untuk dicatat dan menambah wawasan kalian lebih luas lagi terkait materi yang bapak berikan hari ini tentang HIV AIDS

setelah selesai mencatat mohon bisa mendokumentasikan catatan nya dan kirim ke WA pribadi bapak, dan jangan lupa membuat list di group kelas bagi yang sudah mencatat pekerjaan nya hari ini sebagai bentuk presensi pada pelajaran bapak.

Pengertian HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

  • Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.

  • Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.

  • Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.

  • Pengguna narkotika suntik.

  • Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

 

Penyebab HIV dan AIDS

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

 Gejala HIV dan AIDS

Tahap Pertama:

  • Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.

  • Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.

  • Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

  • Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.

  • Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.

  • Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.

  • Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

  • Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi AIDS.

  • demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.

  • Merasa lelah setiap saat.

  • Sulit bernapas.

  • Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.

  • Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.

  • Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.

  • Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.


Diagnosis HIV dan AIDS

Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan untuk mendeteksi HIV, antara lain:

  • Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

  • Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.

Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

  • Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.

  • Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.

  • Tes resitensi (kekebalan) dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi terhadap obat tertentu.

 

Pengobatan HIV dan AIDS

Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.

Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.

Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.

Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

 

Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan AIDS, antara lain:

  • Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal maupun anal.

  • Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.

  • Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga menjalani tes HIV.

  • Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.

  • Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

  • Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.

Senam Irama X 2

  Mata Pelajaran      : Penjaskes Guru. B. Study      : Desrika Redi Sanjaya, S.Pd Materi     `                : SENAM IRAMA Kelas          ...